Keajaaiban Kebakaran Rumah (Kisah Nyata)
Keajaaiban Kebakaran Rumah (Kisah Nyata) |
Cerita ini diangkat dari kisah nyata blogger.
Sebelas tahun lalu tepatnya waktu saya masih duduk di kelas
5 sekolah dasar, yang terletak di puncak gunung Patuha.
Di suatu hari saya, teman saya, yang dibimbing oleh seorang
guru, Ya guru tersebut bisa dibilang Guru olahraga iya, Guru Seni Budaya iya,
Guru Ipa iya, ya begitu lah namanya juga kampun satu guru memegang beberapa
pelajaran karena, kekurangan guru.
“Merdeka-merdeka
Hiduplah Indonesia raya”.
“Indonesia Raya,
Merdeka-merdeka Hiduplah Indonesia raya” Satu kelas bernyanyi riang.
Tapi seketika itu juga kami satu
kelas berhenti menyanyi, Karena mendengar suara gemuruh kaki yang tiba-tiba.
Kami pun berhamburan keluar kelas, ternyata semua murid sekolahan saya berlari
kencang. “Ada apa?” Tanyaku. “Kebakaran,kebakaran, kebakaran” Jawab
temanku yang masih ngos-ngos’an dan aku menahanya untuk bisa bertanya. Aku dan
teman-teman sekelasku langsung ikut berlari ketempat kejadian kebakaran.
Sesampainya di tempat kejadian,
aku langsung bengong ga bisa ngomong apa-apa hanya bisa melihat dari dekat dan
bingung mau ngapain. Aku langsung kaget, karena ada orang yang menepuk pundaku,
“Yang sabar nak, pergi sana ketempat yang lapang jangan disini Berbahaya” Kata
seorang warga yang menyadarkanku dan menyuruhku pergi dari situ. Aku pun pergi
dan berlari ke-Lapangan dekat sekolah. Di lapangan aku Hanya bisa menangis dan
tidak tau harus berbuat apa.
Disisi lain kedua orang tua ku
juga sedang seseduhan menangis, karena kebakaran dan asap hitam kebal itu
berasal dari rumah kami, ya walau itu Rumah hanya kami tempatin sementara
karena itu rumah pemerintah tempat ayahku bekerja. Mereka kebingungan mencari
anaknya, melihat rumah yang kudes di lalap si jago merah, dan bingung juga apa
yang harus di perbuat.
Mereka bertanya sana sini
menanyakan keberadaan ku, ya keberadaanku, karena memeang pas kejadian itu
kurang lebih jam setengah 11 siang, nah jam segitu itu biasanya aku pulang
keruamah untuk makan, dan biasanya pula aku makan nasi goreng buatanku sendiri
ya, nasi goreng alakadar aja untuk menambah rasa yang hanya di kasih kecap,
garam, dan micin. Nah yang meraka takutkan yaitu aku saat itu sedang ada di
rumah sedang memasak nasi goreng. Tapi allhamdulilah itu semua tidak benar,
kalau benar mungkin aku saat ini mempunyai bekas luka bakar, atau malah sudah
ada di alam sana.
Setelah api yang menyala-nyala
tersebut sudah padam, ya walau hanya dari selang-selang air yang menuju ke
rumah-rumah warga tapi allahamdulilah api bisa dipadamkan. Aku pun pergi dari
lapangan untuk mencari kedua orang tua ku dan adiku, nah kalau adiku saat itu
sedang berada di tempat penitipan anak. Akhirnya aku menemukan kedua orang tua
dan adiku yang masih menangis di rumah saudara ku, aku pun memeluk mereka,
begitupun sebaliknya mereka membalas pelukanku.
Tapi sebelum itu, dua hari
sebelum kejadian ayahku baru saja mendapatkan uang pensiunan dari tempat dia
bekerja, yaitu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perkebunan teh. Nah rencananya
ayahku akan menyimpan uang itu dibank, ya walau pun uang itu tidak seberapa
tapi menurut kami uang itu sangat berharga demi kelangsungan hidup kami.
Ibuku menaru uang itu di lemari
plastik yang bertingkat empat, dan kebetulan uang tersebut di simpan
berbarengan dengan surat-surat penting seperti akte kelahiran, ijazah, surat
nikah, dan lain-lain, dan diletakan dibagian lemari tingkat ke 2 dari atas. Nah
itulah yang menyebabkan ayah dan ibuku kebingungan kami akan pergi kemana
sedangkan masa bekerja ayah ku sudah habis, dan uang tersebutlah untuk membeli
rumah dan melanjutkan hidup yang lebih baik, tapi kenyataanya ALLAH berkata
lain, yah mau diapakan lagi jika allah sudah berkata lain.
“bu, pak, bu, pak uangnya ketemu,
uang nya ga kebakar, bu pak” kata seorang warga yang berlari menuju rumah
saudara kami. Kami sekeluarga pun kaget dan terkejut, mana mungkin uang yang
ditaro di lemari pelastik dan di taro di lemari ke 2 bisa tidak terbakar, tapi
kenyataanya memang sperti itu.
Tapi yang menjadi tanda tanya di
keluarga kami, dan warga yang melihat adalah, kok bisa uangnya tidak terbakar
sedangkan surat-surat yang digabungkan dengan uang itu terbakar, Subhanallah,
Maha suci Allah. Memang jika Allah sudah berkehendak makhluk mana yang bisa
menolak dan mengelak.
Setelah kejadian itu kami pun mau
tak mau mengungsi karna tak mungkin kami terus-terus’an menumpang di rumah
saudara kami yang tidak kalah kecilnya dengan rumah kami. Dan akhirnya kami pun
mengungsi di sekolah ku yang tidak jauh dari rumah kami yang terbakar,
sekaligus menunggu uang kami utuh kembali, ya walau pun uang kami masih tersisa
tapi ada sebagian yang terbakar sedikit sedikit, dan dari pihak perusahaan akan
membawa uang tersebut ke bank untuk di ganti dengan yang utuh, agar uang
tersebut bisa dipergunakan.
Setelah uang tersebut udah
ditangan keluarga kami akhirnya ayahku berkehendak membelikanya rumah, akhirnya
kami pun mendaptkan rumah di daerah perotaan namun tidak kota banget si masih
kampung juga.
Nah makna dari cerita ini adalah “Allah
tidak akan memberikan ujian/cobaan yang melebihi batas kemampuan umatnya”
Terimakasih udah mau mampir di artikel
saya kali ini.
0 comments:
Jangan lupa komen dan share artikel ini ya. thank you